Selasa, 03 September 2013

Tentang Menyontreng Atau Menyoblos

Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog yang satu ini, mungkin terlalu sibuk sama blog sebelah.Maaf.

Besok di kota saya, Pekanbaru, akan ada pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsu Riau. ada 5 pasangan yang bertarung besok. Saya tidak sempat melihat acara debat calon Gubernur dan wakilnya itu karena sedang dalam perjalanan ke lokasi KKN, di lokasi KKN juga susah akses informasi.

Saya adalah orang yang tidak pernah ikut dan tidak ambil pusing dalam pemilihan raya, umum dan apapun bentuk pemilu itu. Karena saya pikir itu percuma. Di kampus saya sudah 2 kali pemilihan raya, saya tidak pernah ikut, karena saya merasa di balik itu ada kepentingan. Setiap pasangan berasal dari organisasi eksternal yang tidak saya sukai, waktu itu. Saya memilih jika berasal dari mahasiswa yang "polos" tidak ada embel-embel di belakangnya. Waktu itu.

Pemilukada atau presiden saya juga tidak pernah ikut karena saya belum cukup umur, tetapi kalau pun ada saya juga tidak memilih, bahasa kerennya GOLPUT. Mengapa? karena saya merasa tidak etis. Kampanye juga tidak etis. Mereka tidak pernah membeli hati rakyat, hanya menjanjikan sesuatu yang palsu, bahasa anak muda yang suka galau, PHP. Mereka cuma sekedar melakukan pencitraan, membuat drama, dan berharap dipilih oleh rakyat.Wajar kan rakyat berharap sama pemimpinnya.

Memang saya tidak begitu tertarik dengan yang namanya politik, saya mulai membicarakan politik sejak saya kuliah di FISIP, di mata kuliah PIP alias Pengantar Ilmu Politik, itu pertama kalinya saya menyimak dunia perpolitikan di Indonesia. Dosen mata kuliah PIP saat itu menjelaskan fenomena politik yang terjadi di Indonesia, kebanyakan yang negatif, seperti berita korupsi dll. Sebagai mahasiswa yang masih labil pada saat itu, saya pun menjadi tidak suka dengan politik, apapun kuliah yang berbau politik, saya tidak suka, memilih untuk duduk dibelakang dan menundukkan kepala alias tidur. Mungkin karena itu nilai mata kuliah politik saya pas-pasan *kok curhat ya? maap, baru ingat ini bukan blog sebelah.
Dengan diceritakan fenomena itu, saya merasa kalau orang politik itu adalah orang jahat, orang-orang yang salah, suka ngorbanin rakyat,cuma menguntungkan mereka dan merugikan rakyat. Rakyat cuma butiran debu.

Ada saja hal yang membuat saya tidak tertarik dengan dunia politik. Ada-ada saja. Padahal politik adalah hal yang paling dekat dengan keseharian kita, kita hidup di atas keputusan-keputusan politik. Saya tidak bisa membayangkan jika pemerintah memutuskan untuk mensensor internet. Itu salah satu contohnya.

Tetapi saya semakin banyak semester di perkuliahan saya, saya mulai berpikir dan menyadari saya ini orang yang tidak peduli. Kepedulian saya dan orang-orang seperti saya membawa korban, korbannya adalah diri sendiri, masyarakat atau lebih khusus lagi rakyat Indonesia. Saya sadar, semakin saya buta politik, semakin mereka memanfaatkan kebutaan itu.

Untuk itu, saya putuskan kali ini saya akan ikut pemilukada untuk pertama kalinya, dan kebetulan juga saya baru pertama kali punya hak suara. Saya sudah baca riwayat calon-calonnya. Korupsi dilakukan oleh orang-orang tidak benar yang duduk di jabatan yang memungkinkan untuk korupsi, jangan biarkan mereka disana, pilihlah pemimpin yang benar. Tetapi siapa yang benar ? nilai dari hati dan pikiran kita. Walaupun mensinkronkannya susah, tetapi pasti bisa.Bissmillah..

Hiduplah Indonesia Raya ...

Rabu, 29 Mei 2013

Tesso Nilo National Park

Hari Jumat-Minggu lalu saya, teman-teman sosiologi 2010 Universitas Riau berada di sebuah desa yang bersana desa Lubuk Kembang Bungo, kecamatan Ukui, Pelalawan, Riau. Desa ini merupakan pintu masuk Hutan Taman Nasional Tesso Nilo dimana disini tempat dari konservasi gajah Sumatera dan Harimau Sumatera serta tumbuhan yang dilindungi.

Disini kami meneliti tentang hubungan sosial masyarakat dengan Taman Nasional Tesso Nilo. Banyak fakta yang membuat saya dan teman-teman kaget. Diantaranya masyarakat desa tersebut ada yang tidak tau dimana taman nasional, tidak pernah kesana, menginterpretasikan bahwa taman nasional itu berbentuk taman bunga, tempat bermain anak-anak. Ada lagi yang mengatakan bahwa pengelola taman nasional Tesso Nilo sendiri tidak memberikan penjelasan yang membuat masyarakat disana mengerti mengenai peraturan yang ada di taman nasional tersebut, batasan-batasan taman tersebut yang tidak boleh dijadikan lahan oleh masyarakat. Ada lagi masyarakat yang menceritakan pada waktu Menteri kehutanan mengunjungi Tesso Nilo, masyarakat tidak boleh bertanya atau memberikan aspirasi mereka dalam diskusi bersama Menteri Kehutanan dan pada saat itu juga Menteri Kehutanan memberikan janji bahwa masyarakat disana akan diberikan lahan untuk penghidupan mereka, tetapi sampai sekarang masyarakat belum mendapat lahan yang dijanjikan. Fakta lainnya yaitu, masyarakat tidak pernah membunuh gajah atau harimau, tetapi hanya kacil yang kecil untuk mereka makan, salah satu masyarakat yang kami temui, beliau mengatakan bahwa gajah yang sering masuk ke desa merupakan gajah yang sudah jinak kalau saja gajah itu liar, mereka akan takut dengan manusia. Masyarakat mengatakan bahwa kalau pengelola taman dan wwf tidak pernah mensosialisasikan bagaimana Tesso Nilo tersebut, batas-batas wilayah, mereka hanya diberikan peta oleh pihak taman dan wwf yang diberikan oleh kepada desa setempat.

Disisi lain, pihak pengelola dan wwf mengatakan hal yang berbeda. Mereka sudah mensosialisasikan kepada masyarakat. 

Menurut saya, seharusnya tidak ada yang disembunyikan oleh pihak-pihak terkait dengan Tesso Nilo. Pihak-pihak yang harus mensosialiasikan juga harus mengerti bagaimana kondisi masyarakat disana. Pemahaman mereka jauh dari apa yang kami kira mengenai Tesso Nilo.

selengkapnya



Selasa, 26 Februari 2013

Kepo Abis

Gue lagi galau milih fenomena apa yang gue angkat untuk skripsi gue, soalnya latar belakangnya harus udah selesai jumat sore besok. 
Di tengah kegalauan gue, beberapa waktu lalu, gue sempat nanya sama seorang yang dosen untuk nanyain fenomena sosial yang menarik sekarang, dan dia  ngebales. Hari ini gue penasaran sama beliau. Gue cari tahu semua tentang beliau dan sekarang ketemu, ternyata beliau seorang dosen di Nanyang Technology University konsentrasi sosial politik, orang Indonesia, alumni ITB. Sekali lagi gue terkagum sama kepintaran orang-orang Indonesia yang di pakai sama negeri lain, tapi bukan di negeri sendiri. Namanya Sulfikar Amir.