Rabu, 11 Januari 2012

Ingatlah Pancasila

Situasi politik di Pekanbaru lagi panas. Demonstrasi,pembakaran rumah ketua KPUD udah menghiasi kota Pekanbaru.Pasangan Firdaus-Ayat menang telak teradap pasangan Septina-Erizal.Tapi belum ada putusan mengenai ini,siapa yang bakal jadi walikota Pekanbaru.

Massa Demo Pekanbaru Bakar Ban Bekas
ini pendukung salah satu pasangan CAWALKOT yang berdemonstrasi di dean
Politik tujuan sejatinya adalah memperoleh kekuasaan.Jadi orang akan melakukan hal apa saja untuk memperoleh kekuasaan. Tapi,haruskah dengan cara yang seperti ini? Pemimpin itu adalah contoh bagi rakyatnya,mau memimpin aja udah kayak gini,gimana memimpin.Semuanya mempunyai kepentingan politik.Ya semuanya,makanya jangan melakukan hal yang berlebihan,karena berlebihan itu gak baik.

Semuanya pengen jadi walikota,apa yang di kejar? ingin merubah kota? ingin memajukan kota? Masih banyak cara,masih banyak.Tidak perlu disebutkan lagi,mungkin sudah tahu.

Yang namanya pemilu itu ya kelompok yang terbesar yang menang.Begitu seterusnya sampai kiamat. 
Semua udah lupa mungkin ya sama pancasila,bukannya saya sok ngerti sama pancasila,tapi 5 sila itu adalah penuntun kehidupan berbasangsa dan bernegara,dimana letak persatuan kita? setiap kelompok saling serang,dimana sila keempat kita? musyawarah mufakat.

Pancasila sudah disusun oleh Para pendiri bangsa ini dahulu untuk kita,untuk anak cucu kita nantinya.Kalau seperti ini prosesnya,mungkin akan begini sampai kiamat.

Jadilah pemimpin yang berjiwa besar,menerima kekalahan dan jadilah pemimpin yang jujur,maka akan disayang rakyat.

Selasa, 10 Januari 2012

Misteri Tan Malaka

Harry A Poeze, Meener Belanda Pengungkap Misteri Tan Malaka.

Sosok pahlawan revolusioner Tan Malaka, rupanya menarik perhatian peneliti asal Belanda, Harry A Poeze. Selama 40 tahun pria Belanda kelahiran 20 Oktober 1947 itu meneliti kemisteriusan sosok revolusioner beraliran kiri tersebut.

Sungguh ironis memang, di saat mayoritas warga-warga pribumi kurang mengenal sosok Tan Malaka, Harry Poeze hadir sebagai penguak misteri tokoh Tan Malaka. September 2009 lalu, ia bersama rekannya berhasil menemukan makam Tan Malaka, di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur.

Ketertarikan Harry akan tokoh Tan Malaka dimulai saat dirinya sedang membuat skripsi pada tahun 1971. Kala itu, Harry ingin meneliti tentang sejarah Indonesia hingga akhirnya menemukan arsip-asrsip tentang Tan Malaka yang tersimpan di Belanda. Ia pun sempat mengunjungi sekolah Tan Malaka saat tinggal di Belanda

"Begitu saya baca garis besar dari riwayat beliau, sangat luar biasa. Kemisteriusan beliau, yang membuat saya tertarik untuk meneliti," Ucap Harry, saat jumpa pers terkait perkembangan hasil DNA Tan Malaka, di Wisma Shalom, Jl Kramat Pulo, Jakarta, Senin (9/1/2012).

Pria lulusan Amsterdam Universiteit ini, mengaku tidak puas jika hanya meneliti sosok Tan Malaka dari kejauhan. Akhirnya, pada tahun 1976, Harry menapakkan kakinya di tanah Jawa. Kala itu, rezim orde baru sedang berkuasa, sulit sekali mencari informasi tentang Tan Malaka, karena ia dianggap tokoh aliran komunis yang saat itu masih dianggap tabu.

"Dalam kunjungan ke Indonesia, saya tidak pernah menulis nama Tan Malaka dalam visa saya. Seandainya saya tulis, mungkin penelitian saya tidak akan pernah terjadi karena Orde Baru sangat menutup informasi Tan Malaka," papar Harry.

Selain informasi, kesulitan Harry dalam penelitiannya ialah sosok Tan Malaka yang belum akrab di telinga masyarakat pada masa itu. Namun Harry agak diuntungkan dengan statusnya sebagai warga asing. Karena pada masa tersebut, kecurigaan sangat besar, manakala seseorang ingin menggali informasi yang berkaitan dengan PKI.

"Mungkin kalau saya warga Indonesia yang ingin menggali soal Tan Malaka dan pemikirannya, saya bisa dicurigai sebagai PKI," ucap ayah dua anak ini.

Keuletan dan dedikasinya yang tanpa lelah, tepat pada 40 tahun penelitiannya terhadap Tan Malaka, Harry menemukan sebuah jawaban dari kisah misterius Tan Malaka. Sebuah makam di desa kecil yang bernama Selopanggung, mengungkap tabir dari sosok pahlawan nasional tersebut.

Harry bercerita memang sangat sulit sekali menentukan apakah makam tersebut adalah kuburan Tan Malaka atau tidak, warga desa pun tidak mengenal sosok Tan Malaka. Harry memutar otaknya, ia menanyakan pada warga, apakah sosok yang dikubur dalam makam itu merupakan korban penembakan tentara, hingga ciri-ciri fisik pengarang buku Madilog tersebut.

"Dan kepala desa di sana ingat betul peristiwa itu, saya pun menanyakan ciri-ciri fisiknya dan hasilnya mirip," ungkap Harry dengan rasa puas.

Kini, misteri Tan Malaka mulai terbuka sedikit demi sedikit. Dedikasinya terhadap Tan Malaka, membuat Harry bercerita dalam enam bukunya yang berseri Tan Malaka. Kelak, Ia berharap semoga penelitannya tidak terhenti pada titik ini saja.

Di mata Harry, Tan Malaka memiliki sosok yang amat menarik. Konseptor partai Murba ini, dinilai Harry sebagai seorang tokoh yang memiliki tulisan sejarah Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. Harry mengatakan kisah Tan Malaka merupakan satu babak sejarah Indonesia yang hilang, karena ditutup rapat-rapat oleh rezim Orde Baru.

"Sosok lain yang membuat saya tertarik akan Malaka ialah karya sastranya. Buku Madilog memberikan cara berpikir yang berbeda dari sosok Tan Malaka," jelas pria bermantu orang Indonesia ini.

Ketertarikan akan Tan Malaka membuat dirinya ingin menggali sejarah-sejarah Indonesia, terutama yang masih menyimpan misteri. Kedepannya, ia ingin membuat buku tentang orang-orang buangan pada masa pendudukan Belanda dan orang buangan PKI, di Tanah Merah, Digoel, Papua.

"Proyeksi ke depan ingin sekali meneliti tentang orang-orang Indonesia yang dibuang ke Tanah Merah. Pasti akan menyenangkan perjalanan saya ke Papua nanti," tutup Harry, mengakhiri perbincangan.

Dikutip dari Detik.com